8 Jenis Antibiotik Beserta Manfaat & Efek Sampingnya
Antibiotik berasal dari dua kata Yunani, yaitu ‘anti’ yang
berarti ‘melawan’ dan ‘bios’ yang berarti ‘hidup’.
Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi.
Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai
bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia sejak tahun 1930-an.
Antibiotik hanya melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja
melawan infeksi virus, seperti flu, pilek, sakit tenggorokan, gondok,
bronkhitis, dll.
Antibiotik yang dipergunakan untuk mengobati infeksi virus
malah bisa membahayakan tubuh.
Hal ini karena setiap kali dosis antibiotik diambil virus
tidak terpengaruh, malah sebaliknya, terjadi peningkatan kekebalan bakteri
terhadap antibiotik.
Bakteri yang kebal dengan antibiotik tidak dapat dibunuh
dengan obat tersebut pada dosis yang sama.
Inilah sebabnya mengapa setiap orang harus mengikuti
petunjuk yang diberikan oleh dokter sebelum mengambil antibiotik.
Penisilin, sebagai antibiotik pertama, ditemukan secara
tidak sengaja oleh Alexander Fleming dari kultur jamur.
Saat ini terdapat lebih dari 100 jenis antibiotik yang
digunakan dokter untuk menyembuhkan infeksi ringan sampai parah.
Berbagai Jenis Antibiotik
Dari 100 zat antibiotik yang diproduksi secara alami dan
sintetis, sangat sedikit yang telah terbukti aman dan efektif.
Ada berbagai cara untuk mengklasifikasikan antibiotik. Salah
satunya adalah dengan mengklasifikasikan antibiotik berdasarkan efek pada
bakteri.
Namun, dalam artikel ini kita akan melihat klasifikasi
antibiotik berdasarkan pada struktur kimianya.
Jenis ntibiotik yang dikategorikan berdasarkan struktur
kimia adalah sebagai berikut:
- Penisilin (Penicillins)
- Sefalosporin (Cephalosporins)
- Aminoglikosida (Aminoglycosides)
- Makrolid (Macrolides)
- Sulfonamida (Sulfonamides)
- Fluoroquinolones
- Tetrasiklin (Tetracyclines)
- Polipeptida (Polypeptides)
1. Penisilin (Penicillins)
Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas
antibiotik yang merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses
reproduksi.
Penisilin adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri dari
penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin,
amoksisilin, dan nafsilin.
Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang
berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dll.
Sebagian orang mungkin mengalami alergi terhadap penisilin
dengan keluhan ruam atau demam karena hipersensitivitas terhadap antibiotik.
Seringkali penisilin diberikan dalam kombinasi dengan
berbagai jenis antibiotik lainnya.
2. Sefalosporin (Cephalosporins)
Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja dengan mengganggu
pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi.
Namun, antibiotik ini mampu
mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat diobati dengan penisilin,
seperti meningitis, gonorrhea, dll.
Dalam kasus dimana orang sensitif
terhadap penisilin, maka sefalosporin bisa diberikan sebagai alternatif.
Namun, dalam banyak kasus, ketika
seseorang alergi terhadap penisilin, maka kemungkinan besar dia akan alergi
terhadap sefalosporin juga.
Ruam, diare, kejang perut, dan demam
adalah efek samping dari antibiotik ini.
3. Aminoglikosida (Aminoglycosides)
Jenis antibiotik ini menghambat
pembentukan protein bakteri.
Karena efektif dalam menghambat
produksi protein bakteri, aminoglikosida diberikan antara lain untuk mengobati
tifus dan pneumonia.
Meskipun efektif dalam mengobati
bakteri penyebab infeksi, terdapat risiko bakteri semakin tahan terhadap
antibiotik ini.
Aminoglikosida juga diberikan dalam
kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin.
Aminoglikosida efektif mengendalikan
dan mengobati infeksi bakteri, namun berpotensi melemahkan ginjal dan fungsi
hati.
4. Makrolida (Macrolides)
Sama seperti sebelumnya, antibiotik
ini mengganggu pembentukan protein bakteri.
Makrolida mencegah biosintesis
protein bakteri dan biasanya diberikan untuk mengobati pasien yang sangat
sensitif terhadap penisilin.
Makrolida memiliki spektrum lebih
luas dibandingkan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dll.
Ketidaknyamanan pencernaan, mual,
dan diare adalah beberapa efek samping dari makrolida.
Selain itu, wanita hamil dan
menyusui tidak boleh mengonsumsi makrolida.
5. Sulfonamida (Sulfonamides)
Obat ini efektif mengobati infeksi
ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal.
Untuk mencegah pembentukan kristal
obat, pasien harus minum sejumlah besar air. Salah satu obat sulfa yang paling
sering digunakan adalah gantrisin.
6. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah satu-satunya
kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri.
Karena dapat diserap dengan sangat
baik oleh tubuh, fluoroquinolones dapat diberikan secara oral.
Antibiotik ini dianggap relatif aman
dan banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan saluran
pernapasan.
Namun, fluoroquinolones diduga
mempengaruhi pertumbuhan tulang. Itu sebab, obat ini tidak direkomendasikan
untuk wanita hamil atau anak-anak.
Efek samping yang sering timbul
meliputi mual, muntah, diare, dll
7. Tetrasiklin (tetracyclines) dan
polipeptida (polypeptides)
Tetrasiklin adalah antibiotik
spektrum luas yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi seperti infeksi
telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dll.
Pasien dengan masalah hati harus
hati-hati saat mengambil tetrasiklin karena dapat memperburuk masalah.
Polipeptida dianggap cukup beracun
sehingga terutama digunakan pada permukaan kulit saja.
Ketika disuntikkan ke dalam kulit,
polipeptida bisa menyebabkan efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf.
http://www.amazine.co/17356/8-jenis-antibiotik-beserta-manfaat-efek-sampingnya/
0 komentar:
Posting Komentar