Senin, 10 Maret 2014

Penyakit Lepra

Penyakit Lepra



Penyakit lepra merupakan infeksi progresif lambat yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, penyakit ini mengenai kulit dan saraf perifer dengan konsekuensi deformitas yang menimbulkan deformitas.

- M. Leprae yang terinhalasi difagositosis oleh monosit dan makrofag pulmoner menyebabkan penyebaran lewat darah, tetapi kuman tersebut terutama hanya tumbuh dalam jaringan perifer yang lebih ringan.
- Penyakit lepra memiliki dua pola penyakit (bergantung pada respons imun hospes):
a. Penyakit lepra tuberkuloid : lesi kulit yang kering, bersisik dan tak kentara yang disertai gangguan sensibilitas dan lesi saraf perifer yang asimetrik.

b. Penyakit lepra lepromatosa (anergik) : penebalan kulit dan pembentukan nodul yang menimbulkan cacat tubuh dengan disertai keruskaan pada sistem sara akibat invasi mikobakterium ke dalam sel-sel makrofag perineural dan sel-sel Schwan.

c. Penyakit lepra tuberkuloid disertai dengan respons T-helper tipe 1 (IFN-y) dan penyakit lepra lepramatosa disertai dengan respons T-helper tipe 2 yang tidak efektif.
Penyakit lepra (sejenis penyakit kulit yang membuat tubuh penderitanya membusuk, mengering dan akhirnya tanggal satu per satu). Penderita lepra biasanya dipandang dengan perasaan jijik dan hina. Mereka yang terkena penyakit lepra dijauhi masyarakat karena takut akan tertular penyakit mengerikan iut. Tidak ada yang berani mendekati, ada yang berani mendekati, apalagi merawat para penderita lepra. Penyakit lepra merupakan penyakit negeri dengan mudah dapat mengetahui siapa di antara mereka yang menderita penyakit lepra.

Lepra adalah penyakit menjijikkan yang terjadi karena menyebarnya titik hitam diseluruh tubuh dan merusak sel-sel anggota badan juga kerangka dan bentuknya. Pada akhirnya ia pun mampu merusak sel penyambung antara satu anggota dengan lainnya hingga seolah satu dengan lainnya saling memakan dan berjatuhan.
Lepra adalah suatu penyakiit kulit yang disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae. Serangan kuman lepra yang berbentuk batang ini biasanya menyerang kulit, saraf, mata, selaput lendir hidung, otot, tulang dan buah zakar. Lepra yang disebut juga dengan penyakit Hansen yang merupakan penyakit kulit yang diakibatkan oleh infeksi menahun yang ditandai dengan adanya kerusakan saraf perifer yang menyerang hampir seluruh bagian kulit.
Penyakit lepra ini termasuk penyakit menular yang harus dihindari. Jika ada seseorang yang menderita penyakit lepra berat dan tidak tertangani, sewaktu-waktu bakteri lepra akan menyebar ke udara dan sekitar 50% kemungkinan tertular dengan penyakit lepra ini. Penyakit lepra juga mudah ditularkan melalui hubungan yang sangat dekat dengan penderita lepra itu sendiri.
Selain itu penyakit lepra yang melepaskan bakteri lepra juga mudah ditularkan melalui serangga seperti nyamuk, kutu busuk, atau melalui benda yang biasa digunakan oleh penderita lepra. Mereka yang tidak tertular penyakit lepra berarti memiliki pertahanan sistem kekebalan tubuh yang baik, karena penyakit lepra terbagi menjadi yakni penyakit lepra ringan (lepra tuberkuloid) dan penyakit lepra berat (lepra lepromatosa).

Penyakit Lepra Atau Kusta



Penyakit lepra atau kusta adalah penyakit yang terjadi secara menahun yang muncul dengan secara lambat, biasanya selama bertahun-tahun terjadi. Penyakit lepra atau kusta ini bisa ditularkan dengan mudah, biasanya mereka yang tinggal satu rumah dengan penderita lepra atau kusta ini akan dengan mudah terserang juga. Gejala dari penyakit lepra atau kusta salah satunya ditandai dengan hilangnya daya rasa atau kebal, biasanya gejala awalnya ditandai di daerah tangan dan juga kaki. Kemudian kadang-kadang mereka yang menderita akan merasakan rasa terbakar tanpa diketahui, karena tidak bisa merasakan panas atau merasakan sakit.

Gejala dari penyakit lepra atau kusta yang lainnya adalah bercak pucat atau bercak yang besar seperti bercak jamur yang biasanya pada bagian tengahnya ini mengalami kehilangan untuk merasa, bengkaknya saraf yang pada akhirnya membentuk seperti benjolan atau juga tali yang tebal yang ada di bawah kulit, serta luka yang melebar dan terjadi secara menahun, namun hal ini tidak menimbulkan gatal atau juga sakit.
Gejala yang terjadi dari penyakit lepra atau kusta yang menyerang wajah adalah kulit wajah yang terasa tebal dan juga berbenjol-benjol, atau daun telinganya menjadi tebal, pendek dan berbentuk persegi. Alis mata yang rontok dimulai dari luar dan kemudian semuanya.
Gejala selanjutnya ditandai dengan lumpuhnya kaki atau tangan yang menyerupai dengan clawhand atau cakar. Jari-jari tangan dan kaki ni biasanya akan menjadi lebih pendek dan akan terlihat seperti puntung. Cara mengobati penyakit lepra atau kusta ini bisa dilakukan namun membutuhkan waktu yang bertahun-tahun. Salah satu obat yang bisa mengatasi dan mengobati penyakit kusta atau lepra ini adalah sulfon. Jika yang dirasa reaksi lepranya berbentuk panas, ruam, sakit dan juga dirasa mengalami pembengkakan pada tangan atau kaki, atau juga kerusakan pada mata, maka tetaplah untuk minum obat tesebut dan tetap lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengontrol keadaan.

Penyakit Lepra dan Pengobatannya

Faktor penting dalam diagnosis lepra adalah inklusinya pada diagnosis banding gangguan kulit pada setiap orang yang bertempat tinggi di daerah lepra endemik. Lesi kulit anesteri dengan atau tanpa penebalan syaraf perifer sebenarnya patognomonis lepra. Biopsi kulit ketebalan penuh dari lesi aktif (diwarnai dengan pewarnaan histologi standar dan pewarnaan tahan-asam seperti Fite-Faraco)merupakan prosedur optimal untuk konfirmasi diagnosis dan klasifikasi penyakit yang tepat. Basil tahan asam jarang ditemukan pada penderita dengan penyakit indetermintae dan tuberkuloid, sehingga diagnosis pada kasus ini didasarkan pada gambaran klinis dan adanya granuloma kulit yang khas.
Uji klinis, mikrobiologi dan radiologi rutin mempunyai peran kecil atau tidak ada dalam diagnosis lepra, walaupun mereka mungkin berguna dalam mengesampingkan diagnosis lain. Berbagai assay untuk serum antibodi yang diarahkan terhadap antigen unik M.leprae telah dikembangkan, tetapi uji sekarang tidak cukup sendotif dan spesifik pada penyakit aktif untuk menjadi berguna pada tujuan diagnostik klinis.
Pengobatan Penyakti Lepra
Hanya tiga agen antimikroba yang telah terbukti secara tetap efektif pada pengobatan lepra. Sejak awal tahun 1940, dapsone (diaminodifenil sulfon) tetap merupakan dasar terapi kaerna harganya rendah, toksisitas minimal dan tersedia luas. Sayangnya, resisten sekunder cenderung berkembang ketika obat ini digunakan sebagai satu-satunya agen.
Lebih menguatirkan adalah semakin bertambahnya insiden resistensi primer yang telah dilaporkan sampai 30% penderita yang baru didiagnosis di Malaysia dan Ethiopia. Dermatitis, hepatitis dan methemoglobulinemia jarang tetapi kemungkinan mematikan. Anemia hemolitika terkait dosis yang mungkin berat, ditmeukan pada penderita dengan defisinesi glukose-6-fosfat dehidrogenase (G-6-PD), defisiensi methemoglobin reduktase dan hemoglobin M. Pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan kenaikan risiko kelainan janin.
Rifampin merupakan obat mikobakterisid yang paling tepat untuk M. Leprae mencapai kadar sangat baik dalam sel, di mana kebanyakan basil lepra menetap. Jarang dilaporkan resistensi terhadap dapson atau bila status reaksi berulang telah terjadi. Famakokinetiknya kurang dimengerti, teatpi waktu paruhnya bebeapa hari. Obat ini dngan cepat diambil oleh sel epitel, suatu sifat yang penting untuk aktivitasnya tetapi juga menimbulkan hiperpigmentasi kulit, iktiosis, serosis dan enteritis. Perubahan warna kulit coklat-kemerahan yang kuat secara kosmetik merupakan penghalang untuk digunakan dan sering mengakibatkan penghentian atau kurang ketaatan.
Dua pendekatan dianjurkan untuk menghalangi penularan lepra di daerah endemi. Pertama diarahkan pada risiko infeksi pada kontak rumah tangga penderita lepra, terutama mereka yang dengan penyakit multibasiler. Didasarkan pada pemeriksaan kontak secara periodik teratur dan pengobatan awal pada bukti adanya lepra pertama.Terapi profilaksis dicadangkan untuk lingkungan khusus sehingga dapat dihindari pengobatan tidak tepat 90-95% kontak yang tidak diharapkan untuk mengembangkan lepra.
Pendekatan kedua untuk pengendalian lepra adalah melalui vaksinasi. Akibat dari trial klinis dengan berbagai vaksin, termasuk bacile Calmette-Guerin telah mengecewakan tetapi kloning gen baru-baru ini untuk antigen utama M. Leprae telah memperbaharui harapan untuk perkembangan vaksin efektif.

Lepra



Lepra adalah penyakit kronik yang dihasilkan oleh infeksi dengan Mycobacterium leprae dan terjadi repson hospes. Organ yang paling mencolok terkena adalah kulit dan sistem syaraf perifer, tetapi keterlibatan saluran pernapasan atas, testis dan mata juga relatif sering. Manusia telah lama diduga merupakan satu-satunya hospes M. Leprae, tetapi infeksi yang didapat secara alamiah telah didokumentasi pada armadillo di Amerika Serikat selatan timur dan infeksi percobaan telah dilakukan pada primata, tikus telanjang dan armadillo.

Lesi kulit kronik, madarosis, neuropati sensori yang menyebabkan kehilangan jari-jari atau tungkai dan paresis akibat disfungsi saraf motoris merupakan sekule lepra. Sifat kelemahan yang sangat dapat dilihat ini menimbulkan kecacatan historis “lepra”. Sekule psikologis dan sosisologis dari stigma ini dapat melemahkan seperti penyakitnya sendiri dan dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari perhatian medik. Untuk mengatasi prasangka ini, istilah penderita lepra telah mengganti kata lepra dan penyakit Hansen telah menjadi nama yang diterima.
Etiologi Penyakit Lepra
Mycobacterium leprae adalah basil tahan asam dari famili mikobakteriaseae. Multipliksi M.leprae yang sangat lambat diamati pada model binatang yang sebagian dapat menjelaskan masa inkubasi yang lama yang ditemukan pada penyakit manusia: masa 3-5 tahun diduga khas.
Kejadian lepra yang jarnag pada bayi semuda umur 3 bulan memberi kesan bahwa penularan dalam rahim dapat terjadi atau bahwa masa inkubasi yang amat pendek dimungkinkan pada keadaan tertentu. Model penularan yang mungkin termasuk kontak dengan epidermis lepas yang terinfeksi, minum ASI yang terinfeksi dan gigitan nyamuk atau vektor lain. Namun, sekarang penularan melalui sekresi hidung yang terinfeksi tampak merupakan dasar pada kebanyakan infeksi. Keterlibatan nasofaring yang luas ditampakkan sebagai rhinitis kronik lazim pada penyakit lepratomatosa.
Epidemiologi Penyakit Lepra
Organisasi kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan bahwa diseluruh dunia ada 11 juta kasus lepra pada tahun 1975. Gambaran ini harus dianggap perkiraan yang kurang karena penemuan dan laporan kasus tidak cukup. Mulainya penyakit yang tersembunyi dan laporan kasus tidak cukup. Mulainya penyakit yang tersembunyi dan stigma sosial menyebabkan penundaan konsultasi medik dan tidak adanya uji diagnostik sederhana, tidak mahal, membuat konfirmasi diagnosis kulit.
Kebanyakan pasien lepra dunia ada di Afrika, India, Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan. Angka prevalensi sangat bervariasi antara dan di dalam negara; frekuensi tertinggi untuk seluruh negeri adalah 25 kasus atau lebih per 1.000 populasi, tetapi frekuensi setinggi 200 kasus per 1.000 populasi terdapat dalam kantong-kantong hiperendemik kecil.
Penularan dari orang ke orang merupakan sebagian besar kasus yang menumpangi; sebagian besar dari mereka terjadi pada anggota keluarga atau pada kontak dekat penderita yang diketahui. Sekitar 200 kasus dilaporkan setiap tahun di Amerika Sderikat, darinya 90% adalah pada imigran. Sisanya 10 % berkembang pada tempat yang terlokalisasi sepanjang pantai Gulf (Guls coast) di Hawai dan di teritorial Mikronesia.
Lepra terjadi pada semua umur, tetapi infeksi pada bayi sangat jarang; insiden frekuensi puncak selama masa anak dan masa dewasa awal di deerah endemik. Infeksi virus imundefisinesi manusia dapat mengubah risiko lepra didaerah prevalensi yang tinggi untuk kedua patogen.


http://penyakitlepra.com/

0 komentar:

Posting Komentar